Katherine Johnson: Matematikawan Brilian NASA yang Mengubah Sejarah Penerbangan Luar Angkasa
“Segala sesuatu adalah fisika dan matematika.” – Katherine Johnson
Kalimat tersebut mencerminkan keyakinan seorang perempuan Afrika-Amerika yang berbakat dalam matematika dan menggunakannya untuk membuka jalan bagi eksplorasi luar angkasa. Katherine Johnson, seorang matematikawan NASA yang brilian, memainkan peran penting dalam menghitung lintasan penerbangan pesawat ruang angkasa Amerika Serikat, termasuk misi bersejarah Alan Shepard dan John Glenn. Kisah hidupnya yang inspiratif diabadikan dalam film “Hidden Figures”, yang mengungkap kontribusi penting perempuan Afrika-Amerika di NASA pada era segregasi rasial.
Masa Kecil dan Pendidikan Awal: Bakat Matematika yang Bersinar di Tengah Diskriminasi
Katherine Coleman Goble Johnson lahir pada 26 Agustus 1918 di White Sulphur Springs, West Virginia, Amerika Serikat. Ia adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Ayahnya, Joshua Coleman, adalah seorang petani, tukang kayu, dan pekerja serabutan, sementara ibunya, Joylette Coleman, adalah seorang guru.
Sejak kecil, Katherine menunjukkan bakat luar biasa dalam matematika. Ia mampu menghitung dengan cepat dan akurat, dan selalu tertarik untuk memecahkan masalah matematika yang rumit. Namun, pada masa itu, kesempatan pendidikan bagi anak-anak Afrika-Amerika sangat terbatas. Katherine harus berjuang melawan diskriminasi rasial untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Karena tidak ada sekolah menengah atas untuk anak-anak Afrika-Amerika di daerahnya, keluarga Katherine harus pindah ke Institute, West Virginia, agar Katherine bisa melanjutkan pendidikannya. Di sana, Katherine bersekolah di West Virginia State College, sebuah perguruan tinggi khusus untuk orang Afrika-Amerika. Ia lulus dengan predikat terbaik pada usia 18 tahun, dengan gelar ganda dalam matematika dan bahasa Prancis.
Karier di NASA dan Kontribusi Penting dalam Misi Luar Angkasa: Perhitungan Matematika yang Mengubah Sejarah
Pada tahun 1953, Katherine mulai bekerja di National Advisory Committee for Aeronautics (NACA), yang kemudian menjadi NASA. Ia adalah salah satu dari sedikit perempuan Afrika-Amerika yang bekerja sebagai “komputer manusia”, yaitu orang yang melakukan perhitungan matematis secara manual sebelum adanya komputer elektronik.
Katherine dengan cepat membuktikan kemampuannya yang luar biasa. Ia ditugaskan untuk menganalisis data dari terowongan angin dan melakukan perhitungan untuk lintasan penerbangan pesawat. Pada tahun 1958, ketika NASA mulai meluncurkan misi luar angkasa berawak, Katherine menjadi bagian dari tim yang bertanggung jawab untuk menghitung lintasan penerbangan pesawat ruang angkasa.
Salah satu kontribusi Katherine yang paling terkenal adalah perhitungan lintasan penerbangan Alan Shepard, astronot Amerika pertama yang pergi ke luar angkasa pada tahun 1961. Katherine juga menghitung lintasan penerbangan John Glenn, astronot Amerika pertama yang mengorbit Bumi pada tahun 1962. Perhitungan Katherine sangat akurat dan membantu memastikan keselamatan para astronot.
Mengatasi Hambatan dan Menginspirasi Generasi Mendatang: Pejuang Kesetaraan dan Teladan bagi Perempuan di STEM
Sepanjang kariernya di NASA, Katherine harus menghadapi diskriminasi rasial dan gender. Ia sering tidak diizinkan untuk menghadiri rapat penting atau menggunakan fasilitas yang sama dengan rekan-rekan kulit putihnya. Namun, Katherine tidak pernah menyerah. Ia terus bekerja keras dan membuktikan kemampuannya dengan hasil kerja yang cemerlang.
Katherine Johnson pensiun dari NASA pada tahun 1986 setelah 33 tahun mengabdi. Ia menerima banyak penghargaan atas kontribusinya, termasuk Presidential Medal of Freedom, penghargaan sipil tertinggi di Amerika Serikat, pada tahun 2015.
Kisah hidup Katherine Johnson adalah kisah tentang kegigihan, keberanian, dan semangat pantang menyerah. Ia adalah teladan bagi perempuan di seluruh dunia, khususnya di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM). Katherine menunjukkan bahwa dengan kerja keras, dedikasi, dan keyakinan pada diri sendiri, kita bisa mencapai apa pun yang kita impikan, bahkan di tengah kesulitan dan diskriminasi.
"Kita akan selalu memiliki STEM bersama kita. Beberapa hal akan turun dan beberapa hal akan naik. Tapi selalu ada sains, teknik, dan teknologi. Dan selalu, selalu ada matematika." – Katherine Johnson